dr. Arief Budi Santosa, Sp.JP-FIHA (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah)
Stemi atau ST-Elevation Myocardial Infarction merupakan bagian dari penyakit arteri koroner (Penyakit Jantung Koroner/ PJK). Sebagaimana diketahui, PKJ akut memiliki tiga jenis yaitu Stemi, Non-ST segment Elevation Myocardial Infarction atau NStemi), dan UAP (Unstable Angina Pectoris).
Berdasarkan penjelasan dr. Arief Budi Santosa, Sp.JP-FIHA, ciri umum dari ketiga penyakit tersebut adalah nyeri dada dengan durasi lebih dari 20 menit, yang semakin lama semakin memberat, rasa panas di dada menjalar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang atau ke hulu hati.
Stemi dari segi pemeriksaan, dilihat dari rekam jantung (electrocardiography/ ECG) memiliki peningkatan gelombang jantung. Sedangkan Nstemi dan UAP tidak memilikinya. Nstemi bisa dibedakan dari pemeriksaan cardiac marker (CK-MB Tromponin). “Parameternya ada rekam jantung (ECG), pemeriksaan laboratorium, CK-MB tromponin, dan klinis,” tuturnya.
Lanjut dr. Arief , berdasarkan kategori World Health Organization (WHO), jika dua dari tiga menunjukkan hasil positif maka seseorang dapat dikatakan positif.
Ada dua faktor risiko penyakit Stemi, yaitu risiko yang tidak bisa dimodifikasi meliputi genetik, usia, dan jenis kelamin serta yang bisa dimodifikasi, yaitu gangguan kolesterol, hipertensi, merokok, alkohol, obesitas, mobilisasi, dan masih banyak lainnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Arief, banyak pasien yang tidak merokok dan tidak minum alkohol, tidak memiliki hipertensi namun terkena serangan jantung. Setelah diketahui, faktor risiko turun dari ayah, ibu, kakek, nenek, mas atau mbak. Selain itu, ada faktor usia dimana semakin tinggi usia seseorang semakin berisiko terkena PJK.
Lanjutnya, misalnya perempuan yang sudah memasuki masa menopause dan yang tidak. Menurut dr. Arief yang paling berisiko adalah perempuan yang sudah mengalami menopause karena hormon yang menjaga (hormon estrogen) sudah hilang atau berkurang. Keberadaan hormon tersebut turut membantu stabilitas pembuluh darah.
Perlu untuk diketahui, Stemi, Nstemi, dan UAP membutuhkan penanganan cepat kurang dari 60 menit. Ada istilah door to needle dan door to balloon. Door to needle dihitung dari pasien datang ke layanan kesehatan sampai dilakukan tindakan trombolitik kurang dari 60 menit. Sedangkan door to balloon mulai dari pasien datang sampai dilakukan pemasangan ring kurang dari 90 menit ”Maksimal pasien menerima penanganan adalah sampai 12 jam,”pungkas dr. Arief.
Itulah pentingnya kontrol kesehatan. Masyarakat diharapkan sadar akan riwayat kesehatnnya dan memperhatikan faktor-faktor penyebab penyakit Stemi. Selain itu, jika ditemukan kasus Stemi, harus segera dibawa ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
WAVA TIMES EDISI 32