dr. Fadhilla Rakhmatiar, Sp.U (Spesialis Urologi)
Seiring bertambahnya usia, pria diatas usia 60 tahun memiliki potensi mengalami pembesaran pada prostat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan buang air kecil yang biasanya ditandai dengan meningkatnya intensitas buang air kecil terutama malam hari, perasaan sulit saat mulai berkemih, kencing yang menetes dan terputus, bahkan dapat berujung pada kondisi tidak bisa berkemih.
Menurut dokter ahli urologi rumah sakit Wava Husada dr. Fadhilla Rakhmatiar, Sp.U, M.Ked.Klin. atau yang lebih dikenal dengan dokter ifad, pembesaran prostat dapat meng-akibatkan penekanan pada uretra yang mengakibatkan terjadinya kesulitan untuk berkemih. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang mengalami kondisi yang dinamakan retensi urine atau tersumbatnya aliran urine dari kandung kemih menuju uretra.
Penatalaksanaan pembesaran prostat dibagi berdasarkan tingkatan keluhan yang dialami pasien. Menurut beliau, keluhan akibat pembesaran prostat terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu : ringan, sedang, dan berat. “Tidak menutup kemungkinan kondisi pembesaran prostat dalam jangka waktu lama menimbulkan berbagai komplikasi, sehingga perlu penanganan lebih kompleks” tutur dr. Ifad.
Lalu apakah penyebab seorang pria dapat mengalami gangguan pembesaran prostat? menurut dr. Ifad hal ini dapat terjadi karena adanya hormon pada pria yang dikenal dengan nama testosteron. Testosteron merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan prostat. Seiring dengan pertambahan usia, pria akan menghasilkan lebih banyak zat aktif testosteron. Hal inilah yang mengakibatkan adanya pembesaran prostat seiring dengan bertambahnya usia pada pria.
Derajat pembesaran prostat harus ditentukan menggunakan pemeriksaan yang adekuat. Colok dubur merupakan pemeriksaan awal yang dapat dikerjakan, selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan urinalisa, serta pemeriksaan radiologis seperti USG.
Terapi pada pembesaran prostat sendiri bervariasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien. Pada keluhan ringan hingga sedang, dokter spesialis urologi dapat memberikan terapi medikamentosa atau obat-obatan. “Selain itu, pasien dengan keluhan ringan hingga sedang dapat melakukan modifikasi gaya hidup sembari tetap rutin kontrol untuk mengevaluasi perbaikan kondisi pasien” imbuh dr. Ifad
Sebagai tips tambahan untuk menghindari terjadinya pembesaran prostat, dr.Ifad menyarankan untuk tetap mempertahankan gaya hidup sehat, membatasi konsumsi teh dan kopi secara berlebihan, dan tidak menahan kencing dalam waktu yang lama.
WAVA TIMES EDISI 38