GIRL POWER (PEREMPUAN HEBAT, IBU HEBAT)
Merupakan lulusan Fakultas Brawijaya dengan gelar dokter spesialis Kulit dan Kelamin, dialah dr. Evawani Rahadini, Sp.DVE, FINSDV. Sejak kecil, menjadi dokter adalah cita-citanya. “Waktu itu, seru sekali membaca buku seputar kedokteran. Pernah serumah juga dengan tante yang juga dokter di Malang”. Tutur dr. Eva.
Spesialis kulit dan kelamin telah menarik minatnya sejak awal. Kendati tidak banyak kasus kegawatdaruratan yang terjadi di spesialis tersebut, dr. Eva tetap bisa memaksimalkan potensinya di ranah itu.
Sampai saat ini, dr. Eva banyak disibukkan oleh kegiatan praktik di Rumah Sakit Wava Husada. Tidak terhitung berapa jumlah pasien yang telah ditanganinya. Persoalan seputar kulit dan kelamin juga sudah biasa ia terima. Bahkan seringkali banyak menyita waktu, khususnya saat-saat sekolah spesialis, di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Namun dari itu semua, dr. Eva tidak pernah menyerah demi orang-orang sekitar, khususnya keluarga.
Ya, bagi dr. Eva keluarga menjadi support system terbaik. sesibuk apapun, harus selalu menyempatkan waktu untuk keluarga. Khususnya bagi kedua buah hati yang kini telah beranjak remaja. Ia berupaya ada dimanapun putrinya berada. Di segala aktivitas, seperti berangkat sekolah, kegiatan pengembangan diri dan lainnya. Bahkan perkara mengantar les sekalipun, ia lakukan sendiri, baik antar maupun jemput. “Saya tidak ingin kehilangan momen dengan kedua anak saya. Sedih sekali rasanya tidak bisa maksimal merawat mereka waktu saya sekolah dulu,” tuturnya mengenang.
Bagaimana ia bisa memaksimalkan keduanya? Menurut dr. Eva perlu keteguhan hati agar dapat berjalan maksimal, baik karir dan peran di rumah. Pertama, anak harus memahami pekerjaan orang tua seperti apa. Kedua, alih-alih mengarahkan obsesi orang tua kepada anak, dr. Eva justru bertanya lebih banyak apa sebenarnya keinginkan anak. Ketiga, menerapkan sikap demokratis dalam keluarga.
Benar saja, langkah tersebut mampu dijalani dr. Eva secara bijak. Sampai saat ini, kedua putrinya dibebaskan untuk melatih pengembangan diri melalui les berdasarkan pilihan yang keduanya senangi. “Saya tidak ingin mereka berangkat belajar karena terpaksa, itu harus berangkat dari keinginan mereka sendiri,” selorohnya.