MANFAATKAN WAKTU UNTUK HAL YANG POSITIF
Ingin mensyukuri anugerah kehidupan dari Sang Pencipta menjadikan dr. Satriyo Aji, SpOT(K) selalu berusaha memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif. “Karena manusia tidak tahu akan berakhir kapan hidupnya dan saat sedang melakukan aktivitas apa, harapannya kita khusnul khotimah”, lanjut dokter kelahiran Malang 15 Desember 1973 tersebut.
Dengan prinsip yang selalu dipegang teguh tersebut, tak ayal beliau kini menjadi Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi yg mendalami tulang belakang di RS Wava Husada. Setiap harinya dokter Aji, begitu biasa dipanggil, menangani pasien dengan cedera dan kelainan Muskuloskeletal serta tulang belakang. “Sebenarnya menjadi Dokter bukanlah satu-satunya cita-cita awal. Tentara adalah cita-cita saya yang lain waktu kecil”, ungkap Ayah dengan 2 putra dan 2 putri tersebut. Berbicara mengenai profesinya sebagai tenaga medis, dokter Aji lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang memiliki profesi sebagai dokter. Salah satu alasan kenapa beliau akhirnya ingin menjadi dokter karena melihat sosok ayah beliau yang juga seorang Dokter dan Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Brwijaya. Beliau menempuh pendidikan Kedokteran di Universitas YARSI Jakarta.
“Setelah menjalani PTT di Kalimantan Selatan selama 2 tahun saya melanjutkan pendidikan di Program Studi Orthopedi dan Traumatologi Universitas Brawijaya kemudian mendalami konsultan Bedah Tulang Belakang (spine) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumopada 2016 lalu”, lanjutnya.
Mengapa orthopedi menjadi pilihannya? Dokter yang berdomisili di kota Malang tersebut menceritakan bahwa ketertarikannya terhadap orthopaedi yaitu saat menjalani co – ass, Baginya orthopedi adalah Ilmu yang sangat menarik, karena menggabungkan antara knowledge (pengetahuan), skill (ketrampilan) dan attitude (sikap).
Dokter yang hobi bersepeda dan berenang itu memiliki pengalaman yang berkesan selama menjalani PTT di ujung tenggara pulau Kalimantan tepatnya di Kabupaten Tanah Bumbu dimana letak Puskesmasnya di Pedalaman pulau Kalimantan, tanpa listrik selama 12 jam sehari, fasilitas yang sangat minim, dan jauh dari kota merupakan pengalaman dan bekal yang sangat berarti bagi beliau.
