Open/Close Menu Wava Husada

dr. Arauna Catalia, Sp.A (Spesialis Anak)

Pekan Air Susu Ibu (ASI) sedunia diperingati setiap tanggal 1-7 Agustus. Menurut WHO, peringatan ini bertujuan mendorong para orang tua untuk meningkatkan kesehatan bayi di seluruh dunia. Sebagaimana tema tahun 2019, yaitu “Dukung Ayah Ibu, Kunci Keberhasilan Menyusui”.

Menurut konselor menyusui RS Wava Husada, dr. Arauna Catalia, Sp.A menjelaskan, pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan wajib diberikan tanpa pemberian makanan atau minuman lain. Lanjutnya, menurut informasi terbaru WHO, ASI tetap diberikan ketika bayi memasuki usia 6 bulan sampai usia 2 tahun atau lebih, tentunya disertai dengan pemberian MPASI. ”Melihat pengalaman sebelumnya, jika disebutkan ASI sampai usia 2 tahun, biasanya pada usia 1,5 tahun anak mulai disapih,” tuturnya.

Menurut dr. Ara, itulah sebabnya WHO menyampaikan menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih agar pemberian ASI ekslusif dapat diteruskan sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI sebaiknya dihentikan sebelum usia anak 3 tahun agar bisa melanjutkan ke fase berikutnya.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi keluarga yang mengaktifkan menyusui.

Pertama secara ekonomi, menghemat pengeluaran yang digunakan untuk membeli susu formula. Kedua, kandungan dalam ASI pun terdiri dari berbagai macam zat antiinfeksi, yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam penyakit, jadi bayi menjadi tidak gampang sakit. Ketiga, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayi. ”Secara otomatis, bayi juga menjadi lebih sehat,” pungkas dr. Ara.

ASI merupakan komposisi terbaik yang Tuhan berikan. Dr. Ara pun berpesan kepada para ibu sesering mungkin menyusui, kapanpun bayi minta. Adapun tips bagi ibu bekerja, usahakan bangun lebih pagi, berikan ASI dan lakukan pumping sebelum berangkat bekerja, meluangkan waktu 2-3 jam sekali untuk pumping saat bekerja. ASI hasil pumping diberikan menggunakan cup feeder. Saat di rumah, menyusui bayi sesering mungkin. Serta usahakan ketika menjelang tidur dapat menyusui bayi sambil istirahat.

Menurut dr. Ara, ASI tidak bisa banyak keluar pasca melahirkan, dan hal ini merupakan hal yang wajar, karena hormon prolaktin (produksi ASI) yang baru akan meningkat beberapa hari setelah proses persalinan. Tetaplah menyusui meskipun ASI tidak keluar banyak pungkasnya, karena dengan adanya hisapan bayi, hormon oksitosin (yang membantu mengeluarkan ASI) akan banyak diproduksi, dan hal ini membantu kelancaran proses menyusui.

Disisi lain, keberadaan lambung bayi masih sangat kecil (seukuran kelereng). Bayi juga memiliki lemak cokelat yang berfungsi untuk melindungi bayi sampai usia 3 hari. Tidak bermasalah jika bayi hanya sedikit menyusui selama periode tersebut.

Kemudian beberapa keluarga sering mengkhawatirkan bayi yang sering menangis padahal menangis adalah cara berkomunikasi bayi kepada orang tua dan orang-orang disekelilingnya. Tidak melulu haus. Bayi bisa saja tidak nyaman dengan tempat akibat udara panas atau hanya sekadar ingin di ‘puk-puk’, atau mungkin minta diganti pampersnya.

WAVA TIMES EDISI 31

Kontak kami        0341.393000