Open/Close Menu Wava Husada

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Survei Sample Regristration System (SRS) di Indonesia tahun 2014 menunjukkan, Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9%. Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). (sumber: dinkes.co.id, 2017).

Data di atas menunjukkan keberadaan PJK perlu diwaspadai. Hal lain dijelaskan oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Menurutnya PJK merupakan penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah jantung (koroner). Kondisi ini dapat berkembang menjadi serangan jantung apabila terjadi pembuntuan apakah itu parsial maupun total. Kondisi tersebut sangat berbahaya dan memerlukan pertolongan sesegera mungkin melalui pemasangan ring/Percutaneous Coronary Intervention (PCI) atau pemakaian obat-obatan untuk menghancurkan bekuan (trombolitik).

Lanjutnya, serangan jantung dapat menjadi penyebab kematian mendadak (sudden cardiac death) sehingga perlu pengenalan tanda-tanda terjadinya. Serangan jantung bisa dilihat dari gejala yang timbul seperti nyeri dada maupun melalui pemeriksaan penunjang lain seperti rekam jantung (elektrokardiografi), pemeriksaan enzim jantung maupun alat yang lebih canggih lainnya seperti angiografi. Menurut Dokter, ketika terjadi serangan jantung, waktu sangat menentukan. Pun sangat menentukan angka morbiditas (kesakitan) dan angka mortalitas (kematian). ”Disinilah pentingnya keahlian dan kemampuan petugas kesehatan di garda depan untuk mengetahui gejala dari pasien” tuturnya.

Pada beberapa penderita PJK, harus minum obat-obatan sepanjang hidup pasien. Mengapa? Karena tujuannya untuk mencegah serangan ulang, mengendalikan faktor risiko seperti halnya pada perokok, penderita hipertensi, diabetes, kolesterol dan gaya hidup yang tidak teratur (sedentary life style). ”Minum obat secara teratur dan terus menerus untuk mengendalikan faktor risiko agar tidak berkembang menjadi faktor serangan baru,” pungkasnya.

Dokter berpesan agar semua pasien dengan riwayat penyakit jantung tetap berolahraga. Berbagai studi menyebutkan olahraga secara teratur dan berkelanjutan dapat merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang disebut dengan kolateral. Hal itu dapat menyelamatkan pasien di kemudian hari. Olahraga yang direkomendasikan bersifat ketahanan/kardio dinamis seperti jalan cepat, jogging, cycling bukan olahraga yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan seperti badminton, futsal, sepak bola, dan basket dsb. Mudahnya olahraga dapat dilakukan 30 menit dalam sehari secara terus menerus, 3-5 kali selama seminggu.

WAVA TIMES – EDISI 23

Kontak kami        0341.393000