dr. HENDRI WIYONO, Sp.P (Spesialis Paru)
Menurut data Indonesia Cancer Information Support Center (CISC), kanker paru merupakan kanker pembunuh nomor satu dengan total 14% dari kematian karena kanker. Di Indonesia angka kematian akibat kanker paru mencapai 88% (CNN Indonesia, 2018). Dijelaskan oleh dr. Hendri Wiyono, apa saja sebab kanker paru dan mengapa angka tersebut tergolong tinggi sehingga perlu diwaspadai.
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari sistem paru. Penyakit ini banyak menyerang manusia di usia lanjut sekitar 50-70 tahun. Berkaca pada kasus-kasus terbaru, rupanya kanker paru juga banyak menyerang usia-usia muda.
Faktor merokok sering disebut sebagai faktor utamanya. Namun penelitian terbaru menunjukkan kanker paru bisa tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok. Menurut dr. Hendri, hal lain dipicu oleh gas radon, yaitu gas radio aktif yang sulit untuk dideteksi, namun tetap bisa dilacak dengan motode tertentu. Ia ada di sekitar dan keberadaannya bisa menimbulkan salah satunya kelainan paru yang berujung timbulnya kanker paru.
Penyebab kedua paparan kegiatan atau aktivitas, lingkungan, dan pekerjaan. Dr. Hendri memberi contoh, seseorang pekerja di pabrik yang banyak menggunakan silica atau asbes. Beban asbes yang cukup tinggi berpotensi lebih tinggi menimbulkan kanker paru.
Menurut dr. Hendri, kanker paru tidak memiliki gejala awal yang spesifik. Umumnya pasien mengalami batuk yang tak kunjung sembuh dan tidak berdahak. Selanjutnya bisa juga disertai dengan nyeri dada atau batuk darah. ”Saat fase inilah pasien banyak datang ke tenaga kesehatan,” tuturnya.
Dr. Hendri melanjutkan, gejala kanker paru dapat dibagi beberapa sebab. Pertama akibat kanker paru itu sendiri. Misalnya di dalam saluran napas yang mana pasien otomatis mengalami batuk atau sesak. Kedua, ketika kanker membesar akan berdampak pada organ didaerah sekitarnya. Misalnya di paru kanan bagian atas menekan pembuluh besar tertentu menyebabkan muka bengkak. Bisa juga kanker berada di dekat dengan tenggorok sebelah atas dan menekan pita suara sehingga suara pasien serak.
Gejala ketiga akibat Sindrom paraneoplastik (Paraneoplastic Syndromes). Kanker paru bisa mengeluarkan zat-zat tertentu dengan mekanismenya menimbulkan efek metabolik dan hormonal tertentu di luar paru. Sedangkan keempat, gejala yang ditimbukan ketika kanker sudah beranak-pinak atau disebut sebagai metastasis. Kanker yang menyebar ke tulang menyebabkan rasa nyeri tulang. Kanker yang menyebar ke otak dapat menyebabkan variasi gejala termasuk nyeri kepala, mual, muntah dan sebagainya.
Semuanya merupakan fase lanjut dan tidak khas menunjukkan kanker paru. Itu mengapa ada keterlambatan dari pasien dan tenaga kesehatan untuk mendeteksi seseorang benar-benar terkena kanker paru. ”Masyarakat agar tetap berperilaku hidup sehat, tidak merokok dan memproteksi diri dari lingkungan yang berisiko kanker paru,” pesan dr. Hendri.
WAVA TIMES – EDISI 25